Raih IPK Sempurna, Saesar Yustiawan : “Kuncinya jangan menunda-nunda pekerjaan”
Bandung, – Pada Sidang Yudisium Tahun Akademik 2017/2018, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Saesar Yustiawan berhasil menyelesaikan kuliah dengan nilai sempurna serta dinobatkan sebagai lulusan terbaik pada Yudisium Terbuka Prodi Teknik Informatika. Saesar lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,0 alias memperoleh nilai A untuk semua mata kuliahnya.
Ketika ditanya apa rahasianya, Saesar menjawab “Kuncinya jangan menunda-nuda pekerjaan”, ia pun mengaku dalam mengerjakan tugas (apapun itu) harus terjadwal dan punya target tertentu. “Target ini sangat penting, dalam mata kuliah misalnya, ketika yang lain menggunakan sistem kebut semalam menjelang ujian, kita harus belajar memahami saat dosen menjelaskan, kemudian kita cari sumber diluar, karena Informatika itu luas. Jadi pas mau ujian tidak perlu menghafal karena sudah faham”. –tuturnya.
Selain aktivitas akademis, Saesar juga aktif dalam pengerjaan proyek IT semenjak ia sekolah SMK. Ia pun bekerja sebagai freelancer, jadi pas kuliah sudah tidak asing lagi. “Saya sering terlibat dalam pengerjaan proyek.. Proyek ini banyak jenisnya, bahasa pemograman yang digunakan tidak hanya satu, jadi saya sekaligus belajar mengembangkan potensi diri. Saya juga ikut berorganisasi diluar kampus, banyak teman-teman yang terlibat juga, melatih skill komunikasi, kepemimpinan dan memperluas koneksi” ujarnya.
Justifikasi bahwa mahasiswa yang terlalu akademis, tidak bisa aktif diluar, tidak berlaku untuk Saesar. Nyatanya ia pun aktif mengimplementasikan ilmu yang ia dapat selama mengenyam pendidikan.
Sebagai peraih IPK tertinggi diangkatannya, Saesar pun kerap kali mendapat tekanan dari beberapa teman. Ia melihat persaingan diantara rekan-rekannya TIF 2013, namun hanya sebagian orang. Karena ada sebagian yang cuek, ada yang saling mengejar. “Paling berat itu semester pertengahan. Karena banyak tugas besar. Kalau pas semester awal kan tugasnya masih sedikit, persaingannya belum terasa” –ujarnya.
Saesar tidak menjadikan persaingan itu sebagai intimidasi dari rekannya, namun menjadikan itu sebagai pemacu potensi diri. Ia pun mendukung sesama rekannya dengan cara saling menyemangati.