Salah Kaprah, Ini Kata-Kata yang Sering Disalah Artikan
Sering dari kita mengucapkan atau menuliskan kata-kata yang artinya tidak sesuai arti sebenarnya di kehidupan sehari-hari. Namun, hal ini dianggap lumrah oleh beberapa orang tanpa mau mengoreksinya sehingga kesalahan dalam berbahasa ini terus berlanjut.
Agar kita semua tidak salah lagi, yuk simak artikel ini. Kata-kata apa saja yang sering salah kaprah :
- Absensi
Kata ini sering kali disalah artikan sebagai kehadiran. Seperti daftar absen, banyak yang mengartikannya daftar hadir. Padahal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari “absensi” itu adalah ketidkhadiran. Sedangkan, kata yang bermakna kehadiran adalah “presensi”. Jadi, saat menggunakan kata yang bermakna kehadiran gunakanlah kata “presensi” bukan “absensi”.
- Rubah/Merubah
Kata ini juga sering digunakan dan disalah artikan sama dengan kata “ubah”. Padahal menurut KBBI “rubah” itu berarti binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dan sebagainya tentunya sangat berbeda dengan arti yang sering dimaksud. Ketika kita menggunakan kata “merubah” maka artinya “menjadi rubah”. Kata yang tepat digunakan yaitu “ubah” dan “mengubah” ketika akan menggunakan kata yang bermakna ubah sebenarnya.
- Emosi
Emosi ini sering identik diartikan dengan marah. Namun, menurut KBBI “emosi” merupakan keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan). Jadi “emosi” ini tak hanya berarti marah, bisa juga gembira, sedih, haru dan cinta.
- Nol dan Kosong
Nol dan kosong ini juga sering dianggap memiliki arti yang sama. padahal, nol dan kosong ini berbeda. Nol itu merupakan bilangan sedangkan kosong ini merupakan kata sifat yang menurut KBBI bermakna tidak berpenghuni, tidak berisi.
- Acuh
Kata acuh ini sering diartikan dengan tidak peduli. Padahal makna yang sebenarnya berkebalikan dengan yang sering diartikan. Menurut KBBI kata acuh ini bermakna peduli, mengindahkan.
Itulah contoh 5 kata yang sering disalah artikan oleh orang-orang. Mari perbaiki tatanan bahasa agar tidak salah lagi di kemudian hari.
Sumber : https://kbbi.kemdikbud.go.id/